- PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi suatu Negara pada dasarnya tidak terlepas dari meningkatnya jumlah penduduk yang berjiwa wirausaha. Kurangnya jumlah masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha di Indonesia, antara lian disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan, etos kerja yang kurang menghargai kerja keras. Dalam hal ini, sikap mental yang baik dalam mendukung pembangunan, khususnya pertumbuhan perekonomian, perlu ditanamkan pada diri individu masing-masing masyarakat khususnya oleh mahasiswa.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa keberhasilan sesorang ditentukan oleh pendidikan formal hanya sebesar 15% dan selebihnya 85% ditentukan sikap mental atau kepribadian. Saat ini pengangguran tidak hanya berstatus lulusan SD sampai SMA saja, tetapi banyak juga sarjana. Perusahaan makin selektif menerima karyawan baru sementara tingkat persaingan semakin tinggi. Tidak ada jaminan seorang sarjana memperoleh pekerjaan. Sebagai mahasiswa yang ingin membangun jiwa wirausaha, harus mampu belajar merubah sikap mental yang kurang baik dan perlu dimulai dengan kesadarn dan kemauan untuk mempelajari ilmu kewirausahaan kemudian menghayati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan tersebut agar mahasiswa dapat memahami konsep dan karakteristik apa yang harus disiapkan menjadi mahasiswa pengusaha dan mahasiswa dapat mempersiapkan strategi individu untuk memulai sebuah usaha dan menggunaka tes kecenderungan kewirusahaan sebagai alat uji kemampuan mahasiswa dalam memahami permasalahan.
Semangat bisa ditimbulkn dengan menanamkan kesadaran dalam wirausaha, kemandirian dapat dibina dengan menanamkan keterampilan dan pengetahuan. Pengalaman dapat ditimba oleh mahasisawa melalui aktivitas dilapangan, dan kreativitas dapat timbul melalui aktivitas dan keinginan untuk melakukan inovasi. Sedangkan kemampuan manajemen wirausaha dalam diri mahasiswa dipersiapkan melalui pengenalan dalam bangku perkuliahan. Oleh karena itu perlu pemahaman kewirausahaan yang dimulai sejak dini baik dilingkungan pendidikan maupun dilingkungan keluarga.
Dengan demikian diharapkan dimasa yang akan datang bangsa Indonesia tidak hanya memiliki manusia berpendidikan formal tetapi juga memiliki jiwa kewirausahaan yang dapt membawa Indonesia menuju Negara maju.
Identifikasi masalah
- Terdapat banyak sarjana pengangguran
- Kurangnya kesadaran mahasiswa dalam dunia kewirausahaan
- Tidak adanya sosialisasi kewirausahan terhadap mahasisiwa
- Saat ini sangat di perlukan mahasiswa yang kreatif dan inovatif dalam kewirausahaan
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya adalah :
- Bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa untuk menopang perekonomian yang akan datang
- Bagaimana hasil yang nampak setelah di terapkanya jiwa kewirausahaan dalam diri mahasiswa itu sendiri.
Batasan Masalah
Agar penelitian yang akan dilakukan lebih terarah maka perlu diberikan batasan masalah yaitu kehidupan mahasiswa Universitas Jambi dan pengujian yang dilakukan hanya bersifat untuk mengetahui seberapa besar motivasi mahasiswa dalam bidang kewirausahaan.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Untuk mengetahui jiwa kewirausahaan mahasiswa untuk menopang perekonomian yang akan datang.
- Untuk mengetahui hasil yang nampak setelah di terapkanya jiwa kewirausahaan dalam diri mahasiswa itu sendiri.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan semangat mahasiswa dalam bidang kewirausahaan.
II. KAJIAN TEORITIK
Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah sebutan bagi orang-orang yang melanjutkan studinya diperguruan tinggi, mahasiswa selalu memiliki kedudukan lebih tinggi dimata masyarakat karena mereka dianggap bahwa mahasiswa adalah jaminan didunia kerja selepas dari itu mahasiswa harus belajar dengan baik agar berhasil didunia kerja. Menurut fakta masih banyak lulusan mahasiswa yang menjadi pengangguran, jadi tidak sepenuhnya anggapan dari masyarakat semua itu benar. Mahasiswa mempunyai peranan yang amat penting bagi masyarakat selain belajar mahasiswa merupakan penyalur aspirasi masyarakat ke dunia kerja. Mahasiswa mempunyai banyak akses untuk menyalurkan keterampilan yang di peroleh di bangku perkuliahan untuk memajukan masyarakat untuk berwirausaha.
Karakteristik mahasiswa
mahasiswa pemimpin
tipe mahasiswa seperti ini selalu kelihatan mencolok dan aktif dibandingkan dengan mahaiswa-mahasiswa lainnya. hidupya diperkuliahan sangat variatif kegiatan, dan ia tidak hanya belajar dari kuliah namun juga belajar dari lingkugan. Biasaya mahasiswa ini tidak ingin cepat tamat karena ia sedang mencari pengalaman yang sebesar-besarnya untuk menjadi pemimpin dimasa depan.
mahasiswa pemikir
tipe mahasiswa ini selalu mmikir melulu tidak pernah ada implementasinya, yang akhirnya ia belajar terus tanpa menghiraukan sekitarnya agar bisa mendapatkan jawaban atas apa yang dipikirkannya. Biasanya mahasiswa ini setelah lulus akan jadi ilmuan.
mahasiswa santai
tipe mahasiswa ini tidak banyak mikir selalu menjalani kehidupan apa adanya yang penting enjoy. Biasanya mahasiswa ini aktif dibidang seni dan olahraga, seperti band dan basket, dia tidak terlalu memikirkan kuliah karena yang penting dalam hidupnya santai. Biasanya mahasiswa ini lama lulusnya karena nilainya juga santai.
Kewirausahaan
Wira Usaha adalah kemampuan untuk berdiri sendiri, berdaulat, merdeka lahir batin, sumber peningkatan kepribadian, suatu proses dimana orang mengajar peluang, merupakan sifat mental dan sifat jiwa yang selalu aktif, dituntut untuk mampu mengelola, menguasai, mengetahui dan berpengalaman untuk memacu kreatifitas.
Robert Argene (2003: 1) mengartikan wirausaha sebagai usaha-usaha yang mempunyai keunggulan tertentu untuk memodifikasi produk lama menjadi produk baru, dengan menciptakan lapangan pekerjaan, yang memanfaatkan pemberdayaan manusia dan kekayaan alam lainnya.
Dapat di simpulkan bahwa pengertian kewirausahaan/kewiraswastaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan sumber kekayaan yang ada dengan bersumber pada kekayaan sendiri.
Perlu diingat bahwa kegiatan wirausaha akan menunjang ekonomi keluarga / pemerintah, baik industri dan perdagangan. Pertumbuhan industri yang diikuti kemajuan perdagangan akan melahirkan kesempatan kerja baru. Lapangan kerja baru ini akan menampung tenaga kerja baru, yang pada hakekatnya mengurangi pengangguran, mengatasi ketegangan sosial, meningkatkan taraf hidup masyarakat, memajukan ekonomi bangsa dan negara, pada akhirnya menentukan pula keberhasilan pembangunan nasional.
Wirausaha dalam bekerja selalu menekankan segi kemampuannya untuk berdiri sendiri bukan berarti dia tidak mau bekerja sama dengan orang lain, seperti diungkapkan (Soersarsono Wijadi, 1988: 22). Berdiri sendiri dalam arti wirausaha tidak di artikan sebagai suatu tindakan menutup diri sendiri atau menyendiri, akan tetapi lebih di tekankan pada pengertian kepercayaan pada dirinya sendiri yang memang sangat di perlukan dalam mengatasi hidup.
Berdasarkan dari pendapat di atas maka dapat di simpulkan bahwa seorang wira usaha dalam bekerja selalu menekankan segi kemampuan:
1) Kepercayaan pada diri sendiri.
2) Rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan.
3) Berkemauan keras untuk maju.
4) Berdisiplin dan menghargai waktu.
5) Inovatif.
6) Pengelolaan usaha.
7) Pengambilan resiko yang layak.
Ciri-ciri Wirausaha
Diungkapkan oleh Amin Aziz (1978) dalam Sugeng Karjito (1995; 29) bahwa wirausaha memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Innovational menemukan dan menerima ide-ide baru dalam berproduksi.
b. Capital Acumulation (pembinaan modal) yakni menginginkan pemupukan
modal yang di gunakan untuk proses kelangsungan selanjutnya.
c. Leadhership (kepemimpinan) yang menunjuk ciri merancang, melaksanakan
dan mengarahkan pada proses tujuan.
d. Risk taking (keinginan mengambil resiko) dengan mempertimbangkan dan
menerima resiko yang layak.
e. Manajerial (pinata laksanaan) yang baik untuk di terapkan untuk
merencanaka, melaksanakan, mengevaluasi produksi yang telah di jalankan.
Membangun Jiwa Wirausaha Pada Mahasiswa
Jiwa wirausaha dan pantang menyerah, memang tidak dimiliki oleh semua orang. Ada orang-orang yang sejak kecil memiliki jiwa yang kuat dan pantang menyerah menghadapi permasalahan yang dihadapinya, tetapi ada pula orang-orang yang jika tidak disuruh atau ditunjukkan secara jelas, tidak bisa berbuat apa-apa alias pasif dalam menghadapi kehidupan. Namun bukan berarti jiwa itu tidak bisadibangkitkan. Menurut teori yang sekarang dianut oleh banyak
pengembang bahwa jiwa kewirausahaan itu bisa dibangkitkan melalui pembelajaran dan pelatihan. Orang-orang yang tadinya tidak memiliki jiwa wirausaha, setelah melalui pendidikan dan pelatihan bisa menjadi orang-orang yang hebat dan tangguh. Karena itu, jika para mahasiswa, setelah keluar dari perguruan tinggi tidak memiliki jiwa wirausaha itu, mungkin karena pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi, tidak mengajarkan bagaimana cara membangkitkan jiwa wirausaha dalam diri mereka, sehingga mereka pasif dalam menghadapi masa depan mereka.
pengembang bahwa jiwa kewirausahaan itu bisa dibangkitkan melalui pembelajaran dan pelatihan. Orang-orang yang tadinya tidak memiliki jiwa wirausaha, setelah melalui pendidikan dan pelatihan bisa menjadi orang-orang yang hebat dan tangguh. Karena itu, jika para mahasiswa, setelah keluar dari perguruan tinggi tidak memiliki jiwa wirausaha itu, mungkin karena pendidikan yang dikembangkan perguruan tinggi, tidak mengajarkan bagaimana cara membangkitkan jiwa wirausaha dalam diri mereka, sehingga mereka pasif dalam menghadapi masa depan mereka.
Salah satu alternatif untuk membangkitkan jiwa wirausaha mahasiswa
adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kewirausahaan. Mungkin setiap mahasiswa yang akan lulus dari perguruan tinggi, perlu dikasih wawasan dan bekal tentang kewirausahaan. Pembekalan secara teoritis tentang kewirausahaan bisa dilakukan secara bersama-sama dalam satu gedung pertemuan selama beberapa hari, lalu dilanjutkan dengan survey ke beberapa perusahaan atau tempat usaha yang mungkin bisa diaplikasikan oleh para mahasiswa.
adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kewirausahaan. Mungkin setiap mahasiswa yang akan lulus dari perguruan tinggi, perlu dikasih wawasan dan bekal tentang kewirausahaan. Pembekalan secara teoritis tentang kewirausahaan bisa dilakukan secara bersama-sama dalam satu gedung pertemuan selama beberapa hari, lalu dilanjutkan dengan survey ke beberapa perusahaan atau tempat usaha yang mungkin bisa diaplikasikan oleh para mahasiswa.
Ada satu pengalaman menarik di Gontor Ponorogo, yaitu kegiatan raihlah iqtishadiyah. Setelah para santri menyelesaikan studinya dan sambil menunggu kelulusan, mereka dibekali dengan teori-teori tentang kewirausahaan. Setelah itu, mereka diajak keliling Indonesia, ada di antara mereka yang dikirim ke Jawa Timur, Jawa Tengah dan bahkan Jawa Barat, untuk melakukan studi ke beberapa tempat usaha yang berkembang, mulai dari perusahaan kecil, menengah hingga besar. Dari studi tour itu, mereka disuruh untuk membuat laporan tentang studi toour tersebut, lalu disuruh untuk membuat rencana kegiatan usaha yang akan dilakukan oleh mereka setelah kembali ke rumah masing-masing. Dari situ ternyata berdampak sangat luar biasa dalam membangun jiwa wirausaha para lulusan gontor. Banyak di antara mereka yang setelah pulang dari pondok, langsung merintis usaha sesuai dengan minat dan bakat mereka masing-masing. Paling tidak 2% dari mereka, berhasil menjadi wirausahawan yang sukses di masyarakat.
Adapun dorongan yang diupayakan untuk membangun jiwa mahasiswa untuk berwirausaha dari pemerintah dan perkampusan yaitu peran corporate social responsibility(CSR) kian nyata.Tak hanya menjaga citra perusahaan, CSR kini sudah mulai masuk kampus untuk menumbuhkan sikap wirausaha di kalangan mahasiswa. Kewajiban pelayanan sosial berbagai korporasi masih terlalu jamak disinonimkan sebagai kewajiban moral bagi lingkungan sosial secara ala kadarnya.Tak heran bila terkadang CSR masih belum dilihat sebagai satu hal penting dalam memberikan manfaat lebih besar CSR sebetulnya memiliki kekuatan dahsyat daripada sekadar yang kita bayangkan selama ini. Lebih dari itu, CSR bisa menjadi sarana sangat efektif dalam membangun jiwa wirausaha para mahasiswa Executive Director CSR dari CSR Indonesia, koperasi di dalam negeri bisa melakukan berbagai langkah dalam mengarahkan program CSR sebagai instrumen pendorong lahirnya sikap wirausaha mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. Di antaranya menjadikan perguruan tinggi sebagai mitra perusahaan dengan cara membuka dirinya dalam kegiatan penelitian dan pemagangan yang dilakukan perguruan tinggi. “Bisa juga (perusahaan) menyediakan dukungan finansial dan sumber daya lain untuk mempromosikan CSR dan menyediakan berbagai jenis dukungan untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan businessman up. terutama yang berkaitan dengan bisnis inti perusahaan dengan melibatkan perguruan tinggi, koperasi sebaiknya mengubah paradigma bahwa program CSR semata-mata bertujuan memberikan citra yang baik bagi perusahaan. Lebih dari itu, dia menilai, CSR bisa membangun komunitas (community development) wirausaha. CSR juga bisa digunakan sebagai investasi komunitas (community investment) tersebut. “Seperti program pengenalan kewirausahaan dilingkungan kampus semacam ini, perusahaan dapat membantu meningkatkan pemahaman dosen dan mahasiswa, sekaligus memotivasi mereka menjadi para pelaku usaha pada masa depan,” katanya. perusahaan selama ini menempatkan CSR sebagai bagian dari strategi “mematuhi” dan “melampaui” atas berbagai tantangan sosial di lingkungan sekitarnya. Dengan bersikap mematuhi, perusahaan tersebut berbuat untuk berbagai perubahan signifikan dalam kinerja sosial dan lingkungan. “Sedangkan dengan sikap melampaui, perusahaan akan melakukan perubahan kinerja sebelum mendapat tekanan dari masyarakat,” mahasiswa sekarang sudah harus menanamkan diri kemandirian berupa jiwa wirausaha. Dengan begitu, diharapkan mahasiswa siap hidup mandiri selepas meninggalkan bangku kuliah. “Ubah paradigma dari sekarang dari job seeker menjadi job creator. Bentuk karakter yang produktif, jangan konsumtif. Bersiap menghadapi berbagai kendala yang dapat menghambat kemajuan usaha kita,” bekal pertama yang harus dimiliki mahasiswa dalam membentuk jiwa wirausahanya adalah memiliki keyakinan kuat dalam menggapai cita-citanva melalui aktivitas kewirausahaan. para mahasiswa untuk mengembangkan minat berwirausaha ini sejak di bangku kuliah “Unpad telah menjaring berbagai proposal kewirausahaan dari mahasiswa untuk ditindaklanjuti menjadi sebuah usaha bisnis baru yang dijalankan mahasiswa dengan bantuan pembiayaan dari berbagai pihak, seperti pihak Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdiknas dan pihak perbankan.” Kendati begitu, para dosen juga berperan penting dalam mendorong jiwa wirausaha mahasiswa para dosen bisa menyisipkan dan menggiatkan materi kewirausahaan ini kepada para mahasiswa melalui materi perkuliahan
Pemerintah berharap, jumlah wirausaha dalam negeri bisa naik menjadi2%-3% dari saat ini O,18% melalui pendidikan kewirausahaan di berbagai lembaga pendidikan dalam negeri. Tahun 2010 misalnya, ditargetkan 10.000 mahasiswa siap menjadi wirausaha muda yang mandiri. Depdiknas melalui Ditjen Dikti memiliki banyak skema dalam mendorong wirausaha mahasiswa. Skema pertama adalah pemberian dana bantuan kepada perguruan-perguruan tinggi sebagai bentuk bantuan permodalan bagi mahasiswa dalam Program Mahasiswa Wirausaha (PMWi Dikti). Skema ini diterapkan melalui perguruan tinggi negeri badan hukum milik negara 1 BUMN sebesar Rp2 miliar, Rp l miliar untuk universitas, institut dan sekolah tinggi negeri non BUMN, Rp500 juta untuk politeknik negeri, dan Rp l miliar untuk setiap Koordinator Perguruan Tinggi Swasta. Skema kedua adalah pendampingan mahasiswa yang menerima bantuan permodalan. Melalui skema ini telah melatih 1000 dosen dari 300an perguruan tinggi dalam Training Trainer Dosen Kewirausahaan yang bekerja sama dengan Universitas Ciputra Enter-preneurship Center (UCECI.) Skema ketiga merealisasikan program Cooperative Academic Education (COOP Program). Melalui program ini diikuti memberikan pengajaran wirausaha bagi mahasiswa S-l yang telah mencapai semester enam dan diberikan kesempatan bekerja di industri, perusahaan, dan usaha kecil dan menengah (UKM selama 3-6 bulan). Skema keempat, membangun jaringan sinergi business intellectual government (BIG) antara Depdiknas dan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin). zaenal muttaqin)
Dengan demikian mahasiswa setelah menjadi sarjana dengan gelar S1 dapat membuat lapangan kerja sendiri yaitu dengan berwirausaha yang membuka lapangan pekerjaan untuk masnyarakat yang tidak memiliki pekerjaan (penganguran).
Kerangka Berfikir
Untuk membangkitkan jiwa wirausaha mahasiswa adalah dengan memberikan pendidikan dan pelatihan tentang kewirausahaan. Dorongan yang diupayakan untuk membangun jiwa mahasiswa untuk berwirausaha dari pemerintah dan perkampusan dan berbagai pihak salah satunya peran corporate social responsibility (CSR) dengan CSR yang kini sudah mulai masuk kampus yang menumbuhkan sikap wirausaha di kalangan mahasiswa. Supaya mahasiswa siap untuk mengembangkan berwirausaha.
Hipotesis
Mahasiswa yang telah terbentuk jiwa wirausahanya dengan mendapat pembelajaran dan pelatihan yang diberikan oleh bangku perkuliahan mereka akan lebiah siap untuk membuka lapangan pekerjaan atau berwirausaha setelah lulus dari bangku perkuliahan.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Rancangan eksperimental semu bertujuan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok control disamping kelompok eksperimental (Moehnilabib, 2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan seberapa besar mahasiswa yang berminat dalam bidang kewirausahaan dengan metode pelatihan. Dengan metode tersebut kita akan dapat melihat mahasiswa yang mendapat pelatihan kewirausahan dengan mahasiswa yang tidak melakukan pelatihan kewirausahaan.
Persentase jumlah mahasiswa yang mengikuti pelatihan
Jumlah mahasiswa mengikuti pelatihan | Jumlah mahasiswa yang berminat berwirausaha | Jumlah mahasiswa yang tidak berminat berwirausaha |
300 mahasiswa | 225 mahasiswa | 75 mahasiswa |
Keteragan
Persentase jumlah mahasiswa yang berminat sebesar 70 %
Persentase jumlah mahasiswa yang tidak berminat sebesar 30 %
Dengan tabel diatas kita akan melihat seberapa besar mahasiswa yang berminat dalam bidang berwirausaha setelah melakukan pelatihan kewirausahan.
3.2 Tempat dan Waktu Pelatihan
Pelatihan di lakukan di universitas jambi, waktu pelaksanan pelatihan di lakukan pada 20 mei 2010 sampai dengan 29 mei 2010
3.3 Populasi dan Sample
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa lingkungan kampus Universitas Jambi Tahun Ajaran 2010. dari populasi diambil 300 mahaisiswa. Jumlah mahasiswa dari keseluruhan dari populasi diambil mahasiswa angkatan 2007 sebagai sample. Jumlah siswa pengambilan sampel dilakukan dengan teknik sampel acak sederhana karena kemampuan yang dimiliki mahasiswa tidak sama.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen memiliki peranan penting dalam upaya mencapai keberhasilan penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Tes tertulis
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pengisian melalui kuisioner. Tes ini dilaksanakan diluar jam pelajaran.
2 Lembar observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati mengungkap
tentang aktivitas dan sikap mahasiswa selama pelaksanaan pelatihan dilaksanakan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber data
Sumber data penelitian adalah mahasiswa lingkungna kampus Universitas Jambi serta lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan pelatihan.
2. Jenis data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data kuantitatif yang terdiri dari:
a. Data hasil kemampuan proses berpikir kritis mahasiswa
b. Data hasil analisis kuesioner mahasiswa
c. Data hasil pelatihan kewirausahaan mahasiswa
d. Data tentang interaksi mahasiswa dengan wirausaha
3. Cara pengambilan data
a. Kemampuan proses berpikir kritis mahasiswa diperoleh melalui lembar observasi dan tes kemampuan proses berpikir kritis mahasiswa di akhir siklus.
b. Data hasil analisis kuesioner diperoleh melalui lembar kuesioner.
c. Data hasil pelatihan kewirausahaan mahasiswa diperoleh melalui lembar observasi.
d. Data tentang interaksi mahasiswa dengan wirausaha diperoleh dari lingkungan wirausaha.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisa data dalam penelitian ini yaitu analisa data kuantitatif berupa nilai hasil pretes dan postes serta nilai hasil observasi dengan menggunakan statistik deskriptif.
sumber: unjabisnis
0 komentar:
Post a Comment