BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hakikat pendidikan itu
dapat dikategorisasikan dalam dua pendapat yaitu pendekatan epistemologis dan
pendekatan ontologi ataumetafisik. Kedua pendekatan tersebut tentunya dapat
melahirkan jawabanyang berbeda-beda mengenai apakah hakikat pendidikan itu. Di
dalam pendidikan epistemologis yang menjadi masalah adalah akar atau kerangka
ilmu pendidikan sebagai ilmu. Pendekatan tersebutmencari makna pendidikan
sebagai ilmu yaitu mempunyai objek yangakan merupakan dasar analisis yang akan
membangun ilmu pengetahuanyang disebut ilmu pendidikan. Dari sudut pandang
pendidikan dilihatsebagai sesuatu proses yang interen dalam konsep manusia.
Artinyamanusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan.
Istilah belajar
sebenamya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan pada era sekarang ini, hampir
semua orang mengenal istilah belajar. Namun apa sebenamya belajar itu, rasanya
masing-masing orang mempunyai tangkapan yang tidak sama.
Sejak manusia ada,
sebenamya ia telah melaksanan aktivitas belajar. Oleh sebab itu, kiranya tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa aktivitas itu telah ada sejak adanya manusia.
Mengapa manusia
melaksanakan aktivitas belajar ? Jawabannya adalah karena belajar itu salah
satu kebutuhan manusia. Bahkan ada ahli yang mengatakan bahwa manusia adalah
makhluk belajar. Oleh karena manusia adalah makhluk belajar, maka sebenamya di
dalam dirinya terdapat potensi untuk diajar.
Pada masa sekarang ini,
belajar menjadi sesuatu yang tak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia.
Hampir di sepanjang waktunya, manusia banyak melaksanakan “ritual-ritual”
belajar.
Apa sebenamya belajar
itu, banyak ahli yang memberikan batasan. Belajar mempunyai sejumlah ciri yang
tak dapat dibedakan dengan kegiatan-kegiatan lain yang bukan belajar. Oleh
karena itu, tidak semua kegiatan yang meskipun mirip belajar dapat disebut
dengan belajar.
Dalam proses
pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan yang penting / vital.
Mengajar adalah proses membimbing kegiatan belajar, dan kegiatan mengajar hanya
bermaksan bila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, adalah penting
sekali bagi setiap guru memahami sebaik-baiknya tentang proses belajar siswa,
agar ia dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang
tepat dan serasi bagi siswa.
1.2. Rumusan Masalah
Pokok bahasan dalam
makalah yang berjudul “Hakekat Teknologi Pendidikan, Pembelajaran dan Desain
Pembelajaran”, penulis membagi berdasarkan kisi-kisi sekaligus rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah
Pengertian Teknologi Pendidikan ?
2. Apakah
Pengertian Pembelajaran?
3. Apakah
Pengertian Hakekat Desain Pembelajaran?
4. Bagaimana
Sifat Desain Pembelajaran?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran
1. Teknologi Pendidikan
Teknologi
pendidikan adalah merupakan suatu proses integral yang meliputi manusia, prosudur, ide-ide
peralata dan organisasi, dalam menganalisis
masalah serta merancang, melaksanakan , menilai dan mengelola pemecahan
masalah itu yang berhubungan dengan
segala aspek belajar manusia
(Yusuf hadi Miarso.1984) pengertian ini
memberikan pemahaman kepada kita bahwa
teknologi pendidikan itu mempunyai cakupan yang cukup luas dan mendalam yaitu mencakup segala aspek
yang berkaitan dengan proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan konsep teknologi pendidikan sejalan dengan perkembangan yang
terjadi dengan dunia pendidikan atau dunia
kediklatan.
Selanjutnya
bahwa Teknologi pendidikan juga dapat ditafsirkan, merupakan bidang
spesialisasi dari ilmu dan praktek pendidikan, memberikan prioritas perhatian
pada proses belajar dengan merancang dan menggunakan pesan, peroses penyusunan
dengan melibatkan orang dan mesin dalam lingkungan pendidikan, kegiatan
meliputi perencanaan, produksi, seleksi, manajemen dan pemamfaatan orang
dan mesin serta seluruh sistem instruksional.
Teknologi
pendidikan itu bukan berarti penggunaan
produk teknolologi dalam bidang pendidikan misalnya , seperti pendingin
ruangan, penggunaan komputer dan sebagainya.tapi teknologi pendidikan tersebut adalah sebuah
pendekatan yang unik yaitu berupa pengintegrasian secara sistematis keseluruhan
fungsi pengembangan dan pengelolaan
sumber –sumber belajar yang memungkinkan anak didik terlibat dalam proses belajar.
2.
Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses
pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di
manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan
pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan,
guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran
hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat
mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek
psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai
pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga
menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
2.2. Landasan Teoritik
1.Humanistik
Teori
ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk , memanusiakan manusia. Oleh karena itu
proses belajar dapat dianggap berhasil apabila sipembelajar telah memahami
lingkungan nya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain sipembelajar dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya .
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu
membantu masing-masingindividu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkanpotensi-potensi yang ada dalam
diri mereka. Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat
kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini . Beberapah psikolog humanistik melihat bahwa
manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan
belajar. Secara singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan
tersebut.
Hal
ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri
yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga
masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini
menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila
pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini
berusaha memahami prilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari sudut
pandang pengamatnya.
2.
Teori Behavioris
Teori
behavioris yang diperkenalkan oleh Ivan Pavlov dan dikembangkan oleh Thorndike
dan Skinner, berpendapat bahwa pembelajaran adalah berkaitan dengan perubahan
tingkah laku. Teori pembelajaran mereka kebanyakannya dihasilkan dengan. Mereka
menumpukan ujian kepada perhubungan antara ‘rangsangan’ dan ‘gerakbalas’ yang
menghasilkan perubahan tingkah laku. Ujian ini bisa bersifat sebagai suatu usaha
yang dapat merubah tingkah laku orang agar bisa lebih baik. Maka perubahan
inilah yang di sebut pembelajaran. Secara umumnya memang teori behavioris
menyatakan bahwa pengajaran dan pembelajaran akan mempengaruhi segala perbuatan
atau tingkah laku pelajar sama ada baik atau sebaliknya. Teori ini juga
menjelaskan bahwa tingkah laku pelajar dapat diperhatikan dan diprediksi apakah
mengarah ke hal positif atau negative.
3.
Teori Kognitif
Teori
kognitif pula berpendapat bahwa pembelajaran ialah suatu proses pendalaman yang
berlaku dalam akal pikiran, dan tidak dapat diperhatikan secara langsung dengan
tingkah laku. Ahli-ahli psikologi kognitif seperti Bruner dan Piaget
menjelaskan kajian kepada berbagai jenis pembelajaran dalam proses penyelesaian
masalah dan akal berdasarkan berbagai peringkat umur dan kecerdasan pelajar.
Teori-teori pembelajaran mereka adalah bertumpu kepada cara pembelajaran
seperti pemikiran cerdik, urgensi penyelesaian masalah, penemuan dan
pengkategorian. Menurut teori ini, manusia memiliki struktur kognitif, dan
semasa proses pembelajaran, otak akan menyusun segala pernyataan di dalam
ingatan.
4.
Teori Konstruktivis
(a)
Belajar merupakan pembangunan pengetahuan berdasarkan pengalaman atau
pengetahuan yang telah ada sebelumnya,
(b)
Belajar merupakan penafsiran seseorang tentang dunianya,
(c)
Belajar merupakan proses yang aktif di mana pengetahuan dikembangkan
berdasarkan pengalaman dan perundingan (negosiasi) makna melalui berbagai
informasi atau mencari kesepakatan dari berbagai pandangan melalui interaksi
atau kerja sama dengan orang lain.
2.3. Hakekat Desain Pembalajaran
Desain
bermakna adanya keseluruhan, struktur, kerangka atau outline, dan urutan atau
sistematika kegiatan (Gagnon dan Collay, 2001). Selain itu, kata desain juga
dapat diartikan sebagai proses perencanaan yang sistematika yang dilakukan
sebelum tindakan pengembangan atau pelaksanaan sebuah kegiatan (Smith dan
Ragan, 1993, p. 4). Sedangkan desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari
penerapan teori belajar dan pembalajaran untuk memfasilitasi proses belajar
seseorang (Reigeluth, 1983). Desain pembelajaran juga diartikan sebagai proses
merumuskan tujuan, strategi, teknik, dan media.
Desain
Pembelajaran sebagai disiplin, juga sering disebut ilmu pembelajaran (Degeng,
1989; Reigeluth,1983). Kedua disiplin ini menaruh perhatian pada perbaikan
kualitas pembelajaran. Ilmu Pembelajaran mendekati tujuan ini dengan berpijak
pada teori pembelajaran deskripotif, sedangkan mendekati desain pembelajaran
mendekati tujuan yang sama berpijak pada teori pembelajaran perskriptif.
Ilmuan
Pembelajaran lebih menaruh perhatian pada pengamatan variable hasil
pembelajaran yang muncul akibat manipulasi suatu metode dalam kondisi tertentu.
Dengan kata lain, Ilmuan Pembelajaran lebih berupaya untuk mendesripsikan hasil
pembelajaran. Perhatikan yang berbeda dicurahkan oleh perancang pembelajaran.
Ia lebih menaruh perhatian upaya untuk mempreskripsikan metode pembelajaran
yang optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan acuan kerja seperti
ini, perancang pembelajaran bekerja dengan menggunakan teori-teori pembelajaran
(preskriptif) yang dihasilkan oleh Ilmuan Pembelajaran.
2.4. Sifat Desain Pembelajaran
1) Berorientasi pada peserta didik
Desain
pembelajaran memang mengacu pada peserta didik. Setiap individu peserta didik
dipertimbangkan memiliki kekhasan masing-masing. Menurut Smaldino, et al (edisi
8, 2005) setiap peserta didik memiliki perbedaan karena:
a) Karakteristik umum
Sifat
internal yang mempengaruhi penyampaian materi seperti kemampuan membaca,
jenjang pendidikan, usia, atau latar belakang sosial.
b) Kemampuan awal atau prasyarat
Kemampuan
dasar yang harus dimiliki peserta didik sebelum peserta didik mempelajari
kemampuan baru. Jika kemampuan awal ini kurang maka sebenarnya yang menjadi
mata rantai penguasaan materi dan menjadi penghambat bagi proses belajar
c) Gaya belajar
Gaya
belajar ini merupakan berbagai aspek psikologis yang mempengaruhi dan berdampak
pada penguasaan kemampuan atau kompetensi. Cara mempersepsikan sesuatu hal,
motivasi, kepercayaan diri, tipe belajar ( verbal, visual, kombinasi dan
sebagainya)
2) Alur berfikir sistemik
Konsep
sistem dan pendekatan system diterapkan secara optimal dalam desain
pembelajaran sebagai kerangka berfikir. Sistem sebagai rangkaian komponen
dengan masing-masing fungsi yang berbeda, bekerja sama dan berkordinasi dalam
melaksanakan suatu tujuan yang telah dirumuskan. Rumusan ini menunjukkan bahwa
kegiatan belajar mengajar jika diuraikan terjadi seperti sebagai suatu sistem.
Keberhasilan atau kegagalan dalam pelaksanaannya dapat disebabkan oleh salah
satu kompenen saja. Jadi jika ada perbaikan maka seluruh komponen harus
ditinjau kembali.
3) Empiris dan berulang
Setiap
model desain pembelajaran bersifat empiris. Model apapun yang diajukan oleh
pakar telah melalui kajian teori dan serangkaian uji coba yang mereka lakukan
sendiri sebelum dipublikasikan. Pada pelaksanaannya, pengguna dapat menerapkan
dan memperbaiki setiap tahap berulang kali sesuai dengan masukan demi untuk
efektifitas pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Teknologi
pendidikan adalah teori dan praktek perancangan, pengembangan, pemanfaatan,
manajemen dan evaluasi terhadap proses-proses dan sumber-sumber untuk
belajar.Sumber daya manusia yang mengelola pendidikan harus memiliki kemampuan
akademis dan profesional handal untuk mengembangkan dan/atau menerapkan
teknologi pendidikan agar penyelenggaraan pendidikan menjadi lebih berkualitas,
efektif, efisien, dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.
Perencanaan
pembelajaran dan desain pembelajaran itu berbeda. Perencanaan pembelajaran
lebih menekankan pada proses pengembangan atau penerjemah suatu kurikulum
sekolah. Sedangkan desain pembelajaran menekankan pada proses merancang program
pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa.
Dalam
menyusun atau mengembangkan sebuah perencanaan pembelajaran yang perlu
dipertimbangkan adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga. Sedangkan dalam
menyusun atau mengembangkan desain pembelajaran perlu memerhatikan siswa itu
sendiri. Dan dalam desain pembelajaran, desainer berperan sebagai sutradara.
1 komentar:
sama-sama gan, mampir lagi ke blog saya ya...
Post a Comment