BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan.
Pendidikan
IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri
dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi
dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman
yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
Mata
pelajaran IPA (biologi) dalam KTSP termasuk kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan
dan teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri.
Prinsip dalam melaksanakan kurikulum dengan menggunakan pendekatan multistrategi
dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan
sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan
teladan). Lebih lanjut dinyatakan bahwa kurikulum dilaksanakan dengan
mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk
keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
Pembelajaran
IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai
aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan
keterampilan proses dan sikap ilmiah. Salah satu standar kelulusan untuk mata pelajaran
IPA di SMP adalah kompetensi siswa untuk melakukan pengamatan dengan peralatan yang
sesuai, melaksanakan percobaan sesuai prosedur, mencatat hasil pengamatan dan pengukuran
dalam tabel dan grafik yang sesuai, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikannya
secara lisan dan tertulis sesuai dengan bukti yang diperoleh (KTSP, 2006).
Lebih lanjut dinyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran IPA di SMP antara lain
adalah:
1.
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
2.
Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan
bertindak ilmiah serta berkomunikasi.
3.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan
melestarikan lingkungan serta sumber daya alam
4.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai
salah satu ciptaan Tuhan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pembelajaran Outdoor
Pendidikan
bukan hanya bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan. Namun, pendidikan merupakan
upaya untuk meningkatkan pemahaman, sikap, dan ketrampilan serta perkembangan diri
anak. Kemampuan atau kompetensi ini diharapkan dapat dicapai melalui berbagai proses
pembelajaran di sekolah. Salah satu proses pembelajaran yang digunakan untuk
mencapai kompetensi diatas adalah melalui pembelajaran diluar kelas (outdoor).
Pembelajaran
outdoor merupakan satu jalan bagaimana kita meningkatkan kapasitas belajar anak.
Anak dapat belajar secara lebih mendalam melalui objek-objek yang dihadapi dari
pada jika belajar di dalam kelas yang memiliki banyak keterbatasan. Lebih
lanjut, belajar di luar kelas dapat menolong anak untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang dimiliki. Selain itu, pembelajaran di luar kelas lebih
menantang bagi siswa dan menjembatani antara teori di dalam buku dan kenyataan
yang ada di lapangan. Kualitas pembelajaran dalam situasi yang nyata akan
memberikan peningkatan kapasitas pencapaian belajar melalui objek yang
dipelajari serta dapat membangun ketrampilan social dan personal yang lebih
baik. Pembelajaran outdoor dapat dilakukan kapanpun sesuai dengan rancangan
program yanhg dibuat oleh guru. Pembelajaran outdoor dapat dilakukan waktu pembelajaran
normal, sebelum kegiatan pembelajaran disekolah atau sesudahnya, dan saat-saat liburan
sekolah.
Berbagai
lokasi dapat digunakan untuk pembelajaran outdoor antara lain:
1.
Lingkungan didalam sekolah
Lingkungan
didalam sekolah merupakan tempat yang kaya akan sumber belajar, menawarkan peluang
belajar secara formal dan informal. selain itu, berbagai aktivitas sehari-hari
di sekolah merupakan sumber belajar yang baik.
2.
Lingkungan di luar sekolah
Lingkungan
di sekitar sekolah menawarkan peluang untuk dijadikan sumber belajar.
Lingkungan sekitar memperkaya kurikulum. Berbagai lingkungan yang dapat
digunakan untuk sumber belajar antara lain persawahan, taman, kebun binatang,
museum, kerja proyek, dsb.
Secara
umum pembelajaran outdoor untuk siswa-siswa SD, SMP, dan SMA dapat dibedakan
dalam 3 tipe yaitu:
1.
Studi lapangan atau kunjungan lapangan
2.
Pendidikan menjelajah lingkungan.
3.
Sekolah proyek komunitas.
2.2. Studi lapangan
Studi
lapangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran outdoor dimana terjadi kegiatan
observasi untuk mengungkap fakta–fakta guna memperoleh data dengan cara terjun langsung
ke lapangan. Studi lapangan merupakan cara ilmiah yang dilakukan dengan
rancangan operasional sehingga didapat hasil yang lebih akurat. Dalam kegiatan
studi lapangan, siswa diajak mengunjungi ke tempat dimana objek-objek biologi
yang akan dipelajari tersedia disana. Berbagai lokasi yang dapat digunakan
untuk studi lapangan sangat beragam mulai dari lingkungan disekitar sekolah,
daerah asli habitat hewan atau tumbuhan tertentu, dan daerah wisata yang
memiliki objek biologi.
Melalui
kegiatan studi lapangan siswa akan memiliki pengalaman belajar yang tinggi karena
berinteraksi dengan objek biologi secara langsung. Selain itu, siswa dapat
belajar lebih dalam dengan kegiatan lapangan daripada belajar secara tekstual
melalui buku-buku. Hal ini disebabkan berbagai fenomena nyata yang tidak
terdapat di dalam buku dapat diamati secara langsung sehingga memunculkan rasa
ingin tahu siswa. Rasa ingin tahu akan mendorong siswa untuk mencari
jawaban/belajar lebih keras. Adapun manfaat dari studi lapangan:
1.
Pemahaman siswa terhadap materi (biologi) dapat meningkat.
2. Siswa memiliki peluang untuk
mengembangkan pengetahuan dan potensinya dengan melakukan aktivitas sehari-hari
di dalam pembelajaran.
3. Secara spesifik studi lapangan
memiliki pengaruh positif terhadap memori jangka panjang dan secara alami
lingkungan alami memperkuat memori.
4. Studi lapangan yang efektif dan
pengalaman individual (lokal) dapat mempengaruhi pertumbuhan individu dan
peningkatan ketrampilan sosial.
5. Dapat meningkatkan ranah afektif
serta menjembatani pembelajaran tingkat tinggi.
Sementara
itu beberapa kelebihan dari pembelajaran outdoor dengan melalui studi lapangan yaitu:
1. Pembelajaran di luar kelas akan
meningkatkan pencapaian pembelajaran melalui kemampuan mengorganisasi,
pendekatan yang lebih baik karena belajar dari obyek langsung merupakan satu
hal yang utama. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran di luar kelas kita
tidak hanya memikirkan apa yang kita pelajari, tetapi juga memikirkan bagaimana
dan kapan kita belajar.
2. Pembelajaran studi lapangan dapat
meningkatkan sikap kearah lingkungan yang lebih baik.
3. Keterlibatan dari setiap peserta
lebih tinggi jika dibandingkan pembelajaran secara klasikal.
4. Materi/informasi yang diperoleh akan
lebih lama diingat dan tidak segera ditinggalkan.
Berbagai
obyek di luar sekolah dapat digunakan untuk studi lapangan. Namun, diperlukan pertimbangan-pertimbangan
dalam pemilihan obyek untuk dapat dijadikan tempat studi lapangan. Beberapa
pertimbangan yang dapat digunakan dalam memilih suatu lokasi untuk studi lapangan
antara lain:
1.
Kesesuaian dengan kurikulum yang berlaku (SK dan KD)
2. Keberadaan lokasi untuk studi
lapangan dapat dan mudah dijangkau serta tidak membahayakan siswa.
3. Secara ekonomi dapat dijangkau oleh
siswa karena tidak membutuhkan biaya yang besar.
4.
Memiliki potensi untuk digunakan pada berbagai materi/mata pelajaran.
Selain
itu, agar studi lapangan dapat memberikan hasil yang optimal maka diperlukan
berbagai persiapan-persiapan antara lain:
1. Perlu dibentuk kepanitiaan khusus
agar manajemen dalam pelaksanaan studi lapangan dapat berjalan dengan baik.
2. Diperlukan surat ijin ke lokasi dan
pengantar dari kepala sekolah agar urusan administrasi tidak menghambat studi
lapangan.
3. Lokasi yang akan distudi telah
dikenali oleh guru/pembimbing (perlu survey) sehingga bias menentukan waktu
dengan tepat dan merancang RPP yang tepat.
4. Guru perlu membuat teaching/learning
guide untuk kegiatan studi lapangan sehingga kegiatan studi lapangan mempunyai
target/tujuan yang jelas dan siswa dapat melaksanakan kegiatan dengan benar.
5. Perlu dilakukan pengelompokkan
sehingga manajemen di lapangan kan lebih mudah.
6. Agenda kegiatan perlu disusun
sebelumnya agar kegiatan lapangan berjalan dengan baik.
7. Mencek peralatan-peralatan yang
dibutuhkan pengambilan data dan koleksi (fungsi dan kelengkapan).
8. Menyiapkan peralatan-peralatan untuk
keamanan (topi, jas hujan, baju ganti, pelampung, sesuai dengan lokasi studi)
9. Menyiapkan obat-obatan untuk
pertolongan pertama dan kontak kepada dokter yang dapat dihubungi
sewaktu-waktu.
2.3. Pembelajaran Menjelajah
Lingkungan
Cara
mempelajari Biologi melalui eksplorasi alam sekitar, disebut sebagai cara/pendekatan
jelajah lingkungan. Sementara itu Ridlo (2005) menyatakan bahwa pembelajaran
demikian disebut jelajah alam sekitar atau JAS. Lebih lanjut dinyatakan bahwa alam
sekitar siswa ialah lingkungan di sekitar siswa, dapat berupa lingkungan alam,
sosial, budaya, agama, dan sebagainya. Dalam proses pembelajaran yang dirancang
dengan menerapkan pendekatan JAS, kegiatan belajar dilaksanakan dengan mengajak
siswa untuk mengenal obyek, mengenal gejala dan permasalahannya, serta menelaah
dan menemukan kesimpulan atau konsep tentang hal yang dipelajari. Kegiatan
belajar semacam itu akan mendorong siswa untuk melakukan berbagai tidakan yang
akan memberikan pengalaman langsung dan konkrit bagi mereka. (Wiwin Isnaeni,
2007).
kegiatan
belajar melalui penjelajahan alam sekitar akan memberi peluang lebih luas kepada
siswa, untuk mempelajari obyek-obyek biologi yang menjadi pusat perhatiannya,
atau yang lebih sesuai dengan kebutuhan setiap siswa. Pembelajaran dengan
jelajah lingkungan akan memberikan dampak yang positif bagi siswa diantaranya
adalah: sikap, kepercayaan dan persepsi diri yang lebih baik. Selain itu
pembelajaran dengan jelajah lingkungan dapat meningkatkan ketrampilan sosial,
kerjasama, dan komunikasi yang lebih baik. Selain itu kemampuan akademik siswa
dan kesadaran lingkungan menjadi lebih baik.
Selain
itu pembelajaran jelajah lingkungan/alam sekitar mendukung untuk kesehatan dan pertumbuhan
siswa karena fisik siswa terlibat aktif dan bebas bergerak, meningkatkan kepercayaan
diri siswa, member kesempatan lebih luas bagi anak untuk berkomunikasi dengan orang
lain, meningkatkan keaktifan anak di dalam belajar. Pembelajaran jelajah
lingkungan sekitar juga mengembangkan anak untuk beelajar keamanan dan
pemantauan karena belajar dalam situasi yang baru dan resiko yang lebih tinggi,
mengembangkan kreatifitas dan kemampuan menyelesaikan masalah, meningkatkan
daya imajinasi, penemuan dan kemampuan nalar siswa. Member kesempatan siswa
untuk kontak langsung dengan dunia nyata dan member suatu pengalaman yang unik
yang tidak ditemukan di dalam kelas atau secara teksbook.
Ciri
dari pembelajaran jelajah lingkungan atau alam sekitar siswa adalah adanya
kegiatan eksplorasi sehingga metode yang sering digunakan adalah discovery dan
inquiry. Semenatara itu obyek yang dipelajari adalah lingkungan sekitar siswa.
Kegiatan ini mengajak peserta didik aktif mengeksplorasi lingkungan sekitarnya
untuk mencapai kecakapan kognitif afektif, dan psikomotornya sehingga memiliki
penguasaan ilmu dan keterampilan. Ciri kedua adalah selalu ada kegiatan berupa
peramalan (prediksi), pengamatan, dan penjelasan. Ciri ketiga adalah ada laporan
untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto atau
audiovisual. Ciri keempat kegiatan pembelajarannya dirancang menyenangkan
sehingga menimbulkan minat untuk belajar lebih lanjut.
Lingkungan
belajar diluar kelas sangat bervariasi dan luas. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan
tempat sehingga pembelajaran jelajah lingkungan dapat memperoleh hasil yang optimal.
Adapun kriteria lokasi yang dapat digunakan untuk pembalajaran jelajah
lingkungan antara lian adalah:
1.
Keamanan
Perlu
diperhatikan tampat studi membahayakan, ada potensi bencana, tanaman beracun, dekat
jalan raya. Selain itu tempat tersebut mudah bagi anak untuk melakukan
eksplorasi dan guru mudah menlakukan pengawasan.
2.
Aksesibilitas
Mudah
dijangkau dan guru maupun siswa mudah untuk berpindsah tempat dari indoor ke outdoor.
3.
Ukuran
Usahakan
lokasi tersebut dapat memuat seluruh siswa satu kelas sehingga akan lebih
nyaman dalam belajar dan dapat kontak dengan teman di area tersebut.
4.
Keanekaragaman
Idealnya
lokasi yang akan diselidiki memiliki kelengkapan keanekaragaman obyek belajar. Contohnya:
pohon, herba, semak, rumput, ranting-ranting kering, seresah.
2.4. Mengorganisasi dan mengelola
pembelajaran jelajah lingkungan.
Sikap
dan perilaku guru sangat menentukan anak belajar diluar kelas. Pembelajaran di luar
kelas akan efektif dan berkualitas tinggi jika guru terlibat dalam pengelolaan
dan mengenali serta menaksir resiko sehingga dapat membatasi pengalaman siswa
yang akan diperoleh. Guru aktif untuk menentukan tempat yang akan digunakan
untuk studi. Anak-anak memiliki keterlibatan dalam kelancaran pembelajaran di
luar kelas. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menerapkan
Pembelajaran jelajah lingkungan antara lain.
a) Guru bertindak sebagai fasilitator
sekaligus motivator yang tercermin dalam kegiatan yang dikembangkan dalam
pembelajaran.
b) Pembelajaran memungkinkan peserta
didik belajar dalam kelompok.
c) Guru senantiasa berupaya memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengekspresikan kemampuan dan gagasannya,
baik melalui lisan, performance, maupun tulisan.
2.5. Sekolah Proyek Komunitas
Sekolah
proyek komunitas atau Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) adalah
sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan
belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks (Waras Kamdi,
2007). Fokus pembelajaran ini terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip
inti dari suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi
pemecahan masalah dan kegiatan tugas-tugas bermakna yang lain, memberi
kesempatan pebelajar bekerja secara otonom mengkonstruk pengetahuan mereka
sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk nyata. Proyek memfokuskan pada
pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum pebelajar melakukan
kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian
atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi. Proyek
seringkali bersifat interdisipliner. Misalnya, suatu proyek merancang draft
untuk bangunan struktur (konstruksi bangunan tertentu) melibatkan pebelajar dalam
kegiatan investigasi pengaruh lingkungan, pembuatan dokumen proses pembangunan,
dan mengembangkan lembar kerja, yang akan meliputi penggunaan konsep dan
keterampilan yang digambarkan dari matakuliah matematika, drafting dan/atau
desain, lingkungan dan kesehatan kerja, dan mungkin perdagangan bahan dan bangunan.
Terdapat
dua hal yang berkembang pada diri siswa selama pembelajaran berbasis proyek yaitu
pengetahuan dan teknologi. Melalui pembelajaran berbasis proyek anak akan
belajar ilmu pengetahuan dan sekaligus teknologi yang berkaitan dengan
penerapan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pembelajaran ini siswa
akan ditantang untuk menyelesaikan masalah secara komprehensif melalui proyek
yang direncanakannya. Lebih lanjut, melalui pembelajaran ini diharapkan siswa
dapat meningkatkan kepercayaan diri, memiliki kebanggan diri, memiliki motivasi
yang kuat untuk belajar, serta tanggung jawab yang lebih besar. Selain itu,
melalui group project anak akan belajar membangun ketrampilan social dan
mencoba berperan sebagai bagian masyarakat yang baik.
Pembelajaran
Berbasis Proyek melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada
pertanyaan atau masalah otentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk
diterapkan di lapangan yang sesungguhnya. Proyek dapat mereduksi kompetisi di
dalam kelas dan mengarahkan pebelajar lebih kolaboratif daripada kerja
sendiri-sendiri. Proyek juga dapat menggeser fokus pembelajaran dari mengingat
fakta ke eksplorasi ide. Oleh karena itu, di dalam Pembelajaran Berbasis
Proyek, guru atau instruktur tidak lebih aktif dan melatih secara langsung,
namun menjadi pendamping, fasilitator, dan memahami pikiran pebelajar.
Terdapat
4 karakteristik utama dalam pembelajaran berbasis proyek yaitu: isi, kondisi, aktivitas,
dan hasil. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 1. Dibawah ini.
I.
ISI: memuat gagasan yang orisinil
1. Masalah kompleks
2. Siswa menemukan hubungan antar
gagasan yang diajukan
3. Siswa berhadapan pada masalah yang
ill-defined
4. Pertanyaan cenderung mempersoalkan
masalah dunia nyata
|
II.
KONDISI: mengutamakan otonomi siswa
1. Melakukan inquiry dalam konteks
masyarakat
2. Siswa mampu mengelola waktu secara
efektif dan efesien
3. Siswa belajar penuh dengan kontrol
diri
4. Mensimulasikan kerja secara
profesional
|
III.
AKTIVITAS: investigasi kelompok kolaboratif
1. Siswa berinvestigasi selama periode
tertentu
2. Siswa melakukan pemecahan masalah
kompleks
3.
Siswa memformulasikan hubungan antar gagasan orisinilnya untuk mengkonstruksi
keterampilan baru
4. Siswa menggunakan teknologi otentik
dalam memecahkan masalah
5. Siswa melakukan umpan balik
mengenai gagasan mereka berdasarkan respon ahli atau dari hasil tes
|
IV.
HASIL: produk nyata
1. Siswa menunjukan produk nyata
berdasarkan hasil investigasi mereka
2. Siswa melakukan evaluasi diri
3. Siswa responsif terhadap segala
implikasi dari kompetensi yang dimilikinya
4. Siswa mendemonstrasikan kompetensi
sosial, manajemen pribadi, regulasi belajarnya.
|
Beberapa
keuntungan pembelajaran berbasis proyek yaitu:
1. Motivasi
belajar siswa meningkat.
2. Meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah.
3. Meningkatkan
kolaborasi.
4. Meningkatkan
keterampilan mengelola sumber.
Secara
umum lima langkah utama penerapan pembelajaran berabasis proyek yaitu:
1. Menetapkan
tema proyek.
Tema proyek
hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
(a)
memuat gagasan umum dan srisinil,
(b)
penting dan menarik,
(c)
mendeskripsikan masalah kompleks,
(d)
mencerminkan hubungan berbagai gagasan,
(e)
mengutamakan pemecahan masalah ill defined.
2. Menetapkan
konteks belajar.
Konteks belajar
hendaknya memenuhi indikatorindikator berikut:
(a)
Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata,
(b)
mengutamakan otonomi siswa,
(c)
Melakukan inquiry dalam konteks masyarakat,
(d)
Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien,
(e)
Siswa belajar penuh dengan kontrol diri,
(f)
Mensimulasikan kerja secara professional.
3. Merencanakan aktivitas-aktivitas.
Pengalaman
belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai berikut:
(a)
membaca,
(b)
meneliti,
(c)
observasi,
(d)
interviu,
(e)
merekam,
(f)
mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek,
(g)
akses internet.
4. Memeroses
aktivitas-aktivitas.
Indikator-indikator
memeroses aktivitas meliputi antara lain:
(a)
membuat sketsa,
(b)
melukiskan analisa,
(c)
menghitung ,
(d)
mengenerate,
(e)
mengembangkan prototipe.
5. Penerapan
aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek.
Langkah-langkah
yang dilakukan, adalah:
(a)
mencoba mengerjakan proyek berdasarkan sketsa,
(b)
menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh,
(c)
mengevaluasi hasil yang telah diperoleh,
(4)
merevisi hasil yang telah diperoleh,
(d)melakukan
daur ulang proyek yang lain,
(e)
mengklasifikasi hasil terbaik.
Adapun
Implementasi langkah-langkah di atas di dalam Pembelajaran di kelas antara lain
sebagai berikut:
1. Memaparkan judul/topik proyek yang
akan dibahas. Judul ini adalah suatu tema yang menarik dan kontekstual, yang
didalamnya akan didalami dengan multidisipliner dalam satu kurikulum pertingkat
jenjang kelas.
2.
Tinjau proyek dari berbagai kompetensi dasar yang hendak dicapai.
3.
Bagi siswa ke dalam kelompok kecil (maksimal per kelompok 5 orang)
4. Minta mereka untuk mencari data/bahan
presentasi di berbagai sumber, merancang suatu percobaan untuk menemukan
jawaban.
5.
Buat deadline waktu pengerjaannya. Kapan dimulai, kapan presentasi.
6. Presentasi produk. Penilaian
berdasarkan rubrik yang dibuat guru dan disepakati oleh siswa.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pembelajaran
outdoor merupakan salah satu alternatif pembelajaran IPA (biologi) yang sesuai
dengan semangat belajar IPA yaitu cara mencari tahu dan mengembangkan ketrampilan
ilmiah siswa. Selain itu melalui pembelajaran outdoor berbagai potensi siswa
memiliki peluang untuk berkembang lebih optimal karena ada interaksi yang nyata
antara siswa dengan dunia nyata. Tipe pembelajaran outdoor secara garis besar
dapat dikelompokkan dalam 3 tipe yaitu studi lapangan, penjelajahan lingkungan
sekitar, dan pembelajaran berbasis proyek.
DAFTAR PUSTAKA
I Wayan Santyasa. 2006. Pembelajaran
Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS. Makalah Semnas.
SMA 2 Semara Pura.
Learning Outside the Classroom.
Manifesto. 2006. Departemen for Education and Skil
Patricia Mc Glashan dan Kristen Gasser.
2007. Outdoor Inquiries. Portsmouth: Heinemann.
Suhardi.
2007. Pengembangan Sumber Belajar Biologi. FMIPA. UNY.
Sri Mulyani E.S., dkk. 2007.
Pembelajaran Jelajah alam Sekitar. Pendekatan Pembelajaran Biologi. Semarang:
FMIPA UNNES.
Waras Kamdi. 2007. Pembelajaran Berbasis
Proyek. Model Potensial Untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran. Diakses tanggal 10
Juli 2010 dari
0 komentar:
Post a Comment