18 October 2010

Kecerdasan Emosional Sebagai Hasil Belajar


A.     Pengertian Kecerdasan Emosional 
       Istilah kecerdasan emosional pertama kali diungkapkan oleh psikolog Peter Salovey dan John Meyer (Shapiro,1997:5). Beberapa bentuk kualitas emosional yang dinilai penting bagi keberhasilan yaitu :
1.      Empati
2.      Mengungkapkan dan memahami perasaan
3.      Mengendalikan amarah
4.      Kemandirian
5.      Kemampuan menyesuaikan diri
6.      Diskusi
7.      Kemampuan memecahkan masalah
8.      Ketekunan
9.      Kesetiakawanan
10.  Keramahan
11.  Sikap hormat
       Daniel Goleman mencoba menjelaskan beberapa konsep keliru       tentang kecerdasan emosional. Pertama, kecerdasan emosi tidak hanya berarti “bersikap ramah”. Pada saat tertentu yang diperlukan mungkin bukan “sikap ramah” melainkan, mungkin sikap tegas yang barangkali memang tidak menyenangkan, tetapi mengungkapkan kebenaran yang selama ini dihindari. Kedua, kecerdasan emosi bukan berarti memberikan kebebasan kepada perasaan untuk berkuasa “memanjakan perasaan-perasaan, melainkan mengelola perasaan-perasaan sedemikian rupa sehingga terekspresikan secara tepat dan efektif, yang memungkinkan orang bekerjasama dengan lancar menuju sasaran bersama.
       Salovey dan Meyer mula-mula mendefinisikan kecerdasan sebagai “himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan dan emosi baik pada diri sendiri maupun pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.”
B.     Ciri-ciri Kecerdasan Emosional
       Goleman menggambarkan beberapa ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada diri seseorang berupa
1.      Kemampuan memotivasi diri sendiri
        Kemampuan memotivasi diri sendiri merupakan kemampuan internal pada diri seseorang berupa kekuatan menjadi  suatu  energy yang mendorong seseorang untuk mampu menggerakkan potensi-potensi fisik dan psikologis atau mental dalam melakukan aktivitas tertentu sehingga mampu mencapai keberhasilan yang diharapkan.
        Dalam proses perkembangannya, anak memerlukan peran orang tua untuk memfasilitasi peningkatan motivasi mereka melalui :
a.       Mengajarkan anak mengharapkan keberhasilan
b.      Menyediakan kesempatan bagi anak untuk menguasai lingkungannya
c.       Memberikan pendidikan yang relevan dengan gaya belajar anak
d.      Mengajarkan anak untuk menghargai sikap tidak mudah menyerah
e.       Mengajarkan anak pentingnya menghadapi dan mengatasi kegagalan.
2.      Ketahanan menghadapi frustasi
        Kemampuan menghadapi masalah akan mendorong untuk memiliki daya yang lebih tinggi bilamana suatu saat ia dihadapkan pada persoalan-persoalan yang lebih kompleks dan rumit yang mungkin menyeret dirinya menjadi frustasi. 
3.      Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan.
        Kematangan berpikir anak, tidak dapat sekedar ditunjukkan oleh kemampuan nalar, akan tetapi justru lebih banyak ditunjukkan melalui isyarat-isyarat emosional.
4.      Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a.
        Kemampuan ini terkait dengan kemampuan mengatasi masalah, karena seseorang yang telah mampu mengatasi masalah- yang dihadapi akan lebih dewasa dalam menghadapi persoalan-persoalan yang lebih berat.

C.     Emosi dan kegunaanya
       Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang dilatih emosinya pada permulaan masa kanak-kanaknya sungguh-sungguh mengembangkan jenis keterampilan sosial ini dikemudian hari, keterampilan sosial mampu membantu mereka untuk diterima oleh rekan-rekan sebaya untuk menjalin persahabatan-persahabatan (Gottman & declaire,1997 :29).
       Kecerdasan emosi merupakan bagian dari aspek kejiwaan seseorang dan suatu kekuatan yang membuat manusia dapat menunjukkan keberadaannya dalam masalah-masalah manusiawi
       Menurut para ahli emosi menuntun kita menghadapi saat-saat kritis dan tugas-tugas riskan bila hanya diserahkan kepada otak. Sementara itu pengembangan emosi dikalangan anak-anak membantu mereka mengambil keputusan dan dapat menilai mana sesuatu yang harus dilakukan dan mana tidak boleh dilakukan.
D.     Kecakapan-kecakapan emosional
       Selama ini hampir seluruh upaya diarahkan dalam meningkatkan standar akademis, sementara itu kekurangan baru berupa buta emosi yang dapat menimbulkan akses-akses negatif lebih besar ketimbang rendahnya standar akademis justru belum dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang baku.
       Tanda-tanda kekurangan perhatian terhadap aspek emosi terlihat dari banyaknya peristiwa-peristiwa kekerasan dikalangan siswa, meningkatnya kekacauan masa remaja dan beberapa ekses perilaku negatif lainnya.
       Penyebab paling lazim dari perilaku negatif terutama pada anak- anak adalah penyakit mental utamanya berupa gejala-gejala depresi. Depresi atau kemerosotan emosi merupakan gejala universal kehidupan modern, dan keadaan ini akan semakin parah bilamana keluarga tidak lagi dapat berfungsi dengan baik dalam meletakkan landasan yamg kuat bagim kehidupan anak.
       Tinjauan baru terhadap penyebab depresi pada kaum muda menunjukkan dengan jelas adanya cacat dalam dua bidang keterampilan emosional, yaitu keterampilan membina hubungan, dan cara menafsirkan kegagalan yang memicu timbulnya depresi.
       Menghilangkan atau paling kurang menurunkan depresi pada anak antara lain dapat dilakukan dengan mengajarkan cara melihat dan memahami kesulitan itu sendiri, melatih untuk terampil menjalin persahabatan, bergaul lebih baik dengan orang tua dan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan sosial yang diminati.
E.     Penerapan Kecerdasan Emosional
       Dalam berbagai bentuk kegiatan, kecerdasan emosional menjadi bagian yang sangat penting. Pemahaman guru terhadap kecerdasan emosional serta pengetahuan tentang cara-cara penerapannya kepada anak pada saat ini merupakan bagian penting dalam rangka membantu mewujudkan perkembangan-perkembangan potensi anak secara optimal. Beberapa bentuk kongkrit upaya mengembangkan kecerdasan emosional anak yaitu :
1.      Mengembangkan Empati dan Kepedulian
a.       Memperketat tuntutan pada anak mengenai sikap peduli dan tanggung jawab.
b.      Mengajarkan dan melatih anak mempraktekkan perbuatan-perbuatan baik.
c.       Melibatkan anak didalam kegiatan-kegiatan layanan masyarakat.
2.      Mengajarkan Kejujuran dan Integritas
a.       Usahakan agar pentingnya kejujuran terus menjadi topik perbincangan dalam rumah tangga, kelas dan sekolah.
b.      Membangun kepercayaan anak
c.       Menghormati privasi anak
3.      Mengajarkan Memecahkan Masalah
a.       Mengidentifikasi masalah
b.      Memikirkan alternatif pemecahan
c.       Membandingkan alternatif-alternatif pemecahan yang mungkin akan dipilih
d.      Menentukan pemecahan yang terbaik

0 komentar:

Post a Comment

 

Blogroll

Selamat Datang

Memberi motivasi lebih sulit dari pada memunculkannya, dan akan lebih sulit lagi memotivasi diri sendiri dari pada memotivasi orang lain. Munculkan motivasi dalam diri selama darah masih mengalir, jantung masih berdetak. Salam manis...

|-ShiJitSuKi-| Copyright © 2009 WoodMag is Designed by Ipietoon for Free Blogger Template